Djarum Indonesia Super League 2009 – 2010 AWAL KERUSAHAN SEPAK BOLA NASIONAL Gosipnya, AREMA Di Setting Juara

Kompetisi 2009 – 2010 adalah asal muasalnya sebuah ‘kerusuhan’ besar-besaran melanda sepak bola nasional, di mana ‘kartel’ Nurdin Halid semakin mempertontonkan kehebatannnya mengatur ‘mafioso’ sepak bola di negeri ini. Ada banyak peristiwa menyedihkan yang ikut memperngaruhi sepak bola nasional semakin terpuruk. Yang pertama, Persebaya Surabaya diadili secara tidak adil di kompetisi, dan kemudian Arema Malang di ‘setting’ meraih juara oleh pengurus PSSI, dengan alasan menyelematkan Arema dari kebangkrutan. Dan, puncaknya – kompetisi ini adalah kompetisi terakhir bagi sponsor raksasa PT Djarum berkiprah di Liga Indonesia sejak 2005.

Pada saat PSSI dikelola oleh gerombolan ‘mafioso’ Nurdin Halid, Persebaya Surabaya menjadi lokomotif perubahan melawan hegemoni dan kesewenang-wenangan penguasa PSSI kala itu. Hal ini persis dengan perlawanan ‘Arek-arek Suroboyo’ pada penjajah yang hanya mengandalkan senjata bambu runcing. Persebaya pada saat itu berani melawan arus di tengah ‘kemapanan’ klub-klub besar tanah air yang berada dalam ‘cengkeraman’ PSSI.

Lambat laun, PSSI terusik juga dengan perlawanan Persebaya, dan imbasnya bisa ditebak; Persebaya dengan puluhan ribu suporter fanatiknya, Bonek, dimarginalkan dari kancah kemapanan tim elit di tanah air. Persebaya seakan-akan mau dihilangkan dari peta persepakbolahan tanah air dengan cara yang sangat kasar. Saking kasarnya perlakuan PSSI kala itu, Persebaya diharuskan melakoni pertandingan yang sangat di luar nalar sehat yaitu ketika melawan Persik Kediri di Stadion Brawijaya Kediri.

Kala itu, Persebaya sudah siap tanding di kandang lawan, namun sayang, upaya untuk ‘membumihanguskan’ Persebaya sudah disusun rapi dan siap dimulai. Tanpa sebab apapun, Persik Kediri tidak muncul di lapangan dan harusnya Persebaya menang WO 3-0. Sayangnya WO-nya Persik adalah bagian dari sekenario yang memang harus dijalankan, dan Persebaya pada titik itu sama sekali tidak mendapatkan apa yang seharusnya didapat.

Sekenario ke dua pun dimulai, Persebaya dipaksa harus melakukan tanding ulang lagi dengan Persik. Akan tetapi Persebaya yang dimotori Saleh Mukadar sudah tahu dan mencium aroma konspirasi untuk menjatuhkan Persebaya yang memang terlihat sangat kasar tadi. Persebaya pun menolak tanding, sampai pada paksaan yang ke tiga dari PSSI bahwa Persebaya harus melakukan tanding ulang di Luar Jawa..!

Merasa dicurangi sedemikian rupa, Persebaya bertambah getol melakukan perlawanan terhadap kelaliman PSSI, yang kemudian mengantarkan Persebaya nyebrang ke LPI (2009-2010). (Dari sini kiranya sangat jelas mana Persebaya yang penuh dengan jiwa perlawanan dan sarat dengan sejarah tadi, dari sini bisa kita nilai mana persebaya yang mutlak didukung bonek dan mana klub lain yang dipaksa jadi Persebaya, pun tentunya tidak perlu lagi dijelaskan tentang legalitas Persebaya 1927).

Sekenario selanjutnya dari Nurdin cs kala itu adalah mengeluarkan surat sakti pembentukan “Persebaya Kloningan” yang pemainnya diambilkan dari Persikubar – Kutai Barat. Surat sakti tersebut terasa sangat telak menghantam Persebaya karena sangat mepet dengan bergulirnya LPI. Mereka tahu betul bahwa tujuan surat sakti yang mereka keluarkan bukan saja semata-mata untuk membentuk “Persebaya KW-2”, namun juga yang lebih utama adalah menghambat laju perlawanan Persebaya lewat LPI-nya.

Tujuan mereka jelas, agar pihak kepolisian tidak memberikan izin keramaian pada the real Persebaya jika bertanding. Tapi sayang, mereka kalah cerdik dengan Saleh Mukadar dan Persebaya, karena di saat Persebaya dikepung dengan berbagai konspirasi lengkap dengan opsi-opsinya, Persebaya dengan Saleh Mukadar dan ribuan boneknya menggelar pertemuan untuk mencari solusi. Dan dari pertemuan itulah muncul ide memberi nama tambahan pada Persebaya di belakangnya. Awalnya, ada yang mengusulkan Persebaya Perjuangan, Persebaya asli dan lainnya. Tapi akhirnya terpilihlah angka 1927 yang merupakan tahun berdirinya Persebaya. (Hal ini juga bisa kita jadikan bukti, tentang keaslian Persebaya, apakah Persebaya yang memang berdiri sejak tahun 1927 ataukah Persebaya yang keberadaannya hanya berdasar surat sakti dari ketum PSSI yang baru berumur beberapa tahun..?).

Jadi, pada tahap ini, Persebaya bisa mengembalikan segala upaya konspirasi PSSI dengan begitu elegan, bahkan Persebaya dan boneknya menang telak atas PSSI. Alih-alih memarginalkan Persebaya dari kancah persepakbolahan tanah air, Persebaya justru tetap eksis sampai kini dan bahkan menjadi salah satu klub pengusung perubahan terhadap PSSI yang dinilai terlalu jauh mengabaikan sportifitas. Dari semua aspek historis di atas, CN menilai bahwa Persebaya 1927 harus punya nyali menghadapi manusia kemarin sore seperti La Nyalla Mattalitti, yang baru kemarin sore berkecimpung di dunia sepak bola di negeri ini.

SEJARAH PERSIKUBAR
Persikubar (Persatuan Sepakbola Indonesia Kutai Barat) yang tidak menggunakan haknya sebagai klub yang mendapat promosi di DU PT LI 2012 dan memilih untuk 'meminjamkan' haknya kepada pihak ketiga yang sesuai perjanjian diijinkan memasang label nama 'Persebaya' sebagai nama sementara klub dan memindahkan homebase-nya di Surabaya, bermaksud akan mengaktifkan kembali eksistensi Persikubar dan menariknya ke bumi Sendawar Kalimantan Timur, supaya bisa menjadi hiburan bagi masyarakat Kaltim.

Demikian dikatakan oleh Ekti Imanuel mantan manager Persikubar, yang sekaligus menjelaskan bahwa hak pengelolaan atas klub Persikubar hanya berlaku selama 3 musim kompetisi saja, dan bisa diperpanjang otomatis selama 3 tahun jika pengelola mampu membawa promosi ke kasta lebih tinggi yaitu ISL.

Alasan pengelolaan Persikubar yang memiliki julukan “Macan Dahan” diserahkan kepada pihak ketiga adalah akibat stadion Swalas Gunaq, Sendawar Kutai Barat Kalimantan Timur, dianggap tidak layak untuk menggelar kompetisi kasta kedua tersebut. Bahkan di musim kompetisi 2010 yang lalu, Persikubar juga memilih Surabaya atau Sidoarjo sebagai kandangnya.

Bonek bukanlah pendukung “Macan Dahan”. Karena pendukung fanatik “Macan Dahan” sejatinya adalah masyarakat Sendawar sendiri. Dan jika stadion Swalas Gunaq sudah selesai direnovasi, kami bermaksud mengembalikan Persikubar ke habitat aslinya di tahun 2015 nanti.

Ekti mengaku sedih jika ternyata hak pengelolaan Persikubar selama 3 tahun justru dijadikan instrumen politis dalam kasus gesekan antar elite PSSI sejak saat itu. Apalagi dengan diposisikannya Persikubar justru sebagai 'Persebaya' asli dalam konspirasi tingkat tinggi guna menghapus “The Real Persebaya” yang di cintai Bonek dan mempunyai akar historis sejak 1927.

Ekti kuatir ada konspirasi elite yang akan mengantarkan Persikubar (baca; Persebaya DU) promosi ke ISL, sehingga berlaku opsi perpanjangan otomatis selama 3 tahun, dan membuat Persikubar tak bisa dibawa kembali ke bumi Kutai Barat, meski stadion disana selesai direnovasi akhir 2014.

Di akhir wawancara, Ekti berharap rezim yang berkuasa di PSSI (khususnya, La Nyalla Mattalitti dkk) sekarang ini berlaku fair kepada masyarakat Kutai Barat, dengan tidak menyandera Persikubar di kota Surabaya, akan tetapi segera dikembalikan ke habitat aslinya di bumi Kutai Barat, dan melepas label Persebaya yang ternyata banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konflik antar elite. Kota Surabaya dan Persebaya adalah milik bonek. Biarkan Persikubar kembali ke bumi Sendawar Kutai Barat. Karena disanalah akar historis Persikubar berada, ujar Ekti. Gubrrakkkkk !

JUARA DI SETTING
Desas-desus tentang Arema Malang dikasih gelar juara, sudah mulai sebelum kick off, Indonesia Super League 2009 -2010 digulirkan. Adalah manajemen Arema Malang yang saat itu menjadi rebutan para pengelolanya, ternyata dibuat pontang-panting dalam melakukan pendanaannya. Sehingga, dari Jakarta rame-rame membuat ‘skenario’ agar Arema Malang diberi hadiah juara, dengan catatan musim berikunya 2010 – 2011 diprogram ada para pihak sponsor tertarik sebagai sponsorship.

Salah satu skenario yang dbuat agar Arema Malang seolah-olah superior, maka dibentuklah image seolah-olah Arema Malang memang terkesan sebagai sebuah ‘super team’ yang maha dahsyat, dan sulit dikalahkan. Skenarionya, dalam merekayasa sebuah gelar, sejak awal sudah standart, di mana setiap tim cenderung selalu mendapat hadiah dari para pengadil – alias wasit. Namun, kali ini skenarionya berubah, di mana Arema Malang dibuatkan cerita menarik untuk memenangkan sebanyak mungkin partai demi partai justru di luar kandangnya.

CN mencatat ada sembilan partai kandang semuanya dimenangkan oleh klub yang didirikan oleh Acub Zainal tersebut. Misalnya, sejak partai Pelita Jaya vs Arema 0 – 2, Persema Malang vs Arema 1 – 3, Persija Jakarta vs Arema 1 – 5, Persijap Jepara vs Arema 0 – 1, Persik Kedirivs Arema 0 – 1, Persisam Samarinda 0 – 1, PersiwaWamena vs Arema 0 – 2, PKT Bontang vs Arema 1 – 2, PSM Makassar vs Arema 0 – 2, dan bermain seri atas tuan rumah PSPS Pekanbaru 1 – 1. Total, Arema keluar kandang mampu meraih sembilan kali kemenangan plus sekali seri, total 28. Sedangkan, di kandang sendiri, mampu meraup 14 kemenangan, dua kali seri dan sekali kalah ats Persiba Balikpapan.

Sebagai pelatih, Robert Rene Alberts sepertinya tidak memahami apa yang sedang diskenariokan oleh manusia-manusia di pusat kekuasaan di PSSI. Namun, pelatih asal Amsterdam ini, suka atau tidak sebetulnya memang merupakan sedikit pelatih berbobot di kancah sepak bola Liga Indonesia selama ini. Hanya saja, bagi CN - Robert Rene Alberts berada di jaman yang salah saat itu, walaupun dinilai sukses membawa Arema juara. Namun, benarkah Arema juara sejati saat itu?

Setelah itu, nasib kompetisi Djarum Indonesia Super League, sepertnya hanya sampai di sini saja. Karena, musim berikutnya PT DJARUM tak berminat masuk di kasanah sepak bola nasional yang sedang amburadul karena salah ngurus organisasinya, termasuk saat pemilik suara mayoritas, masih ngotot mempertahankan regim Nurdin Halid untuk tetap memimpin ‘kartel’ sekaligus ‘kursi panas’ PSSI.

Dampaknya, sampai hari ini masih punya magnit yang belum habis masa bobroknya…….

KLASEMEN
1 Arema Indonesia 34 23 4 7 57 22 +35 73
2 Persipura Jayapura 34 18 13 3 62 32 +30 67
3 Persiba Balikpapan 34 15 9 10 44 31 +13 54
4 Persib Bandung 34 16 5 13 50 36 +14 53
5 Persija Jakarta 34 14 10 10 41 36 +5 52
6 Persiwa Wamena 34 15 5 14 57 56 +1 50
7 PSPS Pekanbaru 34 14 7 13 43 37 +6 49
8 Sriwijaya FC 34 14 6 14 48 49 −1 48
9 Persijap Jepara 34 13 7 14 40 45 −5 46
10 Persema Malang 34 13 6 15 43 52 −9 45
11 PKT Bontang 34 12 8 14 53 52 +1 44
12 Persisam Samarinda34 12 8 14 38 41 −3 44
13 PSM Makassar 34 12 7 15 31 46 −15 43
14 Persela Lamongan 34 12 6 16 45 55 −10 42
15 Pelita Jaya 34 10 9 15 42 53 −11 39
16 Persik Kediri 34 10 9 15 41 55 −14 39
17 Persebaya Surabaya34 10 6 18 42 58 −16 36 18 Persitara Jak Utara 34 7 7 20 36 57 −21 28

TOPSKOR
Aldo Barreto (Paraguay) Bontang FC 19
Christian Gonzales (Uruguay) Persib Bandung 18
Alberto ‘Beto’ Goncalvez (Brazil) Persipura Jayapura 18
Boaz Solossa Persipura Jayapura 17
Lewis Weeks (Liberia) Persiwa Wamena 17
Dzumafo Herman Epandi (Kamerun) PSPS Pekanbaru 16
Muhammad Isaini PSPS Pekanbaru 15
Kenji Adachihara (Jepang) Bontang FC 15
Julio Lopez (Cile) Persiba Balikpapan 15
Keith Gumbs (Saint Kitts and Nevis) Sriwijaya FC 14
Bambang Pamungkas Persija Jakarta 14
Noh Alam Shah (Singapura) Arema Indonesia 14
Boakay Eddie Foday (Liberia) Persiwa Wamena 13
Roman Chmelo (Slovakia) Arema Indonesia 13
Pablo Frances (Argentina) Persijap Jepara 12

PEMAIN TERBAIK
Kurnia Meiga (Arema Malang)

PEMAIN FAIR PLAY
Eduard Ivakdalam (Persipura Jayapura)

TIM FAIR PLAY
Sriwijaya FC Palembang

DEGRADASI
Persik Kediri
Persebaya Surabaya
Persitara Jakarta Utara

PROMOSI
Persibo Bojonegoro
Deltras Sidoarjo
Semen Padang

PLAY OFF
Pelita Jaya Jawa Barat

HAT TRICKS
Noor Hadi (Persijap Jepara) vs Persitara Jakarta Utara 3–0, 17 Oktober 2009. Andi Oddang (Persebaya Surabaya) vs Persisam Samarinda 5–2, 18 Oktober 2009. Korinus Fingkreuw (Persebaya Surabaya) vs Persiwa Wamena 5–4, 15 November 2009. Saktiawan Sinaga (Persik Kediri) vs Persiwa Wamena 3–0, 22 November 2009. Keith Gumbs (Saint Kitts and Nevis, Sriwijaya FC) vs Persijap Jepara 4–0, 6 Desember 2009. Kenji Adachihara (Jepang, Bontang FC) vs Persiwa Wamena 6–1, 10 Januari 2010. Talaohu Musafri (Persija Jakarta) vs Persitara Jakarta Utara 3–0, 20 Januari 2010. Boaz Solossa (Persipura Jayapura) vs Persela Lamongan 3–1, 10 Februari 2010. Samsul Arif (Persela Lamongan) vs Persiwa Wamena 7–2, 12 Februari 2010. Saktiawan Sinaga (Persik Kediri) vs Persela Lamongan 3–2, 24 Februari 2010. Cristian Gonzáles (Uruguay, Persib Bandung) vs Persema Malang 4–0, 17 Maret 2010.
Noh Alam Shah (Singapura, Arema Indonesia) vs Pelita Jaya 6–1, 3 April 2010. Francisco Aldo Barreto Miranda (Paraguay, Bontang FC) vs Persijap Jepara 4–1, 28 April 2010. Redouane Barkaoui (Maroko, Pelita Jaya) vs Persela Lamongan 6–3, 30 Mei 2010.

PENONTON
Team Total High Low Average Change
Arema Indonesia 473,626 35,000 0 27,860 n/a
Persija Jakarta 352,861 85,000 0 20,756 n/a
Persib Bandung 314,533 30,000 168 18,502 n/a
PSPS Pekanbaru 284,122 20,000 10,175 16,713 n/a
Persebaya Surabaya 245,510 29,485 0 14,442 n/a†
Persipura Jayapura 233,702 23,000 500 13,747 n/a
Sriwijaya FC 199,153 18,000 2,235 11,715 n/a
Persisam Samarinda 180,053 19,542 5,000 10,591 n/a†
Persik Kediri 178,956 18,575 0 10,527 n/a
PSM Makassar 171,388 15,756 0 10,082 n/a
Persijap Jepara 160,323 17,000 2,500 9,431 n/a
Persela Lamongan 128,552 12,000 1,021 7,562 n/a
Bontang FC 118,130 11,000 2,905 6,949 n/a
Persema Malang 105,923 23,000 889 6,231 n/a†
Persiwa Wamena 103,871 12,000 0 6,110 n/a
Persiba Balikpapan 84,500 7,000 0 4,971 n/a
Pelita Jaya 78,692 11,000 0 4,629 n/a
Persitara Jak Utara 49,775 7,500 0 2,928 n/a
League total 3,463,670 85,000 0 11,319 n/a

0 Response to "Djarum Indonesia Super League 2009 – 2010 AWAL KERUSAHAN SEPAK BOLA NASIONAL Gosipnya, AREMA Di Setting Juara"

Post a Comment